Pada blog ini saya menyediakan kategori yang free dan ada juga mengeluarkan sedikit biaya....skripsi, tesis, dan juga TA yang lengkap dengan isinya. Bagi anda yang mau sedikit ngeluarin doku buat skripsi, TA, Tesis.
Email:
fladjah@gmail.com
YM: fladjah
Untuk bahan-bahan yang belum tersedia disini bisa email or telp/sms dengan mengirimkan Judul atau mungkin bahan yang berkaitan

Kajian proses kemasakan biji berdasarkan letak polong dan pengaruhnya pada kualitas benih kedelai hitam lokal var. Malika I

Sabtu, 06 Desember 2008

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebutuhan akan kedelai hitam terus meningkat seiring berkembangnya industri pembuatan kecap berskala nasional, sehingga dibutuhkan kedelai hitam dalam jumlah besar untuk bahan baku utama industri serta sebagai benih pertanaman kedelai hitam. Hasil produksi yang tinggi dapat dicapai dengan usaha penggunaan dan pengadaan benih kedelai dari jenis unggul yang berkualitas dengan daya hasil yang tinggi dan telah disertifikasi atau dengan mengembangkan kedelai varietas lokal yang banyak terdapat di beberapa wilayah di Indonesia yang dapat memberikan daya hasil/produksi yang tinggi dan setidaknya dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai untuk konsumsi.
Kedelai hitam varietas lokal terpilih yang telah dimurnikan dapat dilepaskan menjadi varietas unggul nasional sehingga memenuhi kebutuhan petani terhadap benih kedelai hitam unggul bermutu tinggi. Selain itu juga masih perlu diadakan penelitian terhadap kedelai hitam varietas lokal, terutama yang berkaitan dengan sifat fisik dan fisiologis tanaman. Proses metabolisme tanaman dan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman menentukan tinggi rendahnya daya hasil dan kualitas benih yang akan dicapai saat panen.
Pada biji-bijian leguminosa, perkembangan bertahap dan heterogenitas spasial posisi polong dapat mengakibatkan perbedaan yang besar antarbenih, hal ini dapat dikatakan bahwa kualitas benih dipengaruhi oleh kondisi pembungaan pada tanaman, terutama pada tanaman yang bertipe indeterminit dimana pertumbuhan bunga masih terus berlangsung meskipun bunga yang muncul lebih awal telah membentuk polong (Coste et al., 2001). Letak polong pada tanaman kedelai terkait dengan distribusi asimilat dalam tanaman itu sendiri yang nantinya berpengaruh terhadap kualitas biji (Diggle, 1995 cit. Widyawati, 2004). Maka dari itu, proses kemasakan berdasarkan posisi polong pada tanaman masih perlu dikaji lebih mendalam agar didapatkan waktu yang tepat untuk mendapatkan titik masak fisiologis pada kedelai hitam varietas lokal Malika I.
Download makalah lengkapnya disini, and jangan lupa tinggalkan komentarnya oke
Selengkapnya...

Masalah Pokok Seputar Kontekstualisasi Pancasila

Persoalan psikologis penting yang harus segera mendapat jawaban adalah hubungan antara agama dan Pancasila. Tanpa menuntaskan masalah ini, hambatan psikologis terhadap kontekstualisasi itu sendiri menjadi tidak berjalan baik. Sekalipun beberapa kalangan menilai bahwa hubungan ini tidak perlu dipersoalkan lagi, bahkan sudah jelas dan tidak perlu dipertentangkan, akan tetapi melihat beberapa fakta yang terjadi, persoalan hubungan kedua bidang ini secara batini tidak dapat dihindarkan.
Jika kontekstualisasi dipandang ibarat sebuah pembangunan, persoalan ini kiranya dapat dipandang sebagai prasarana dari pembangunan itu.
Agama sendiri menempatkan diri sebagai ideologi, sebuah konsep yang komprehensif tentang kehidupan. Disamping tuntutan terhadap esensi kedalaman dan pelaksanaannya, juga ada tuntutan pernyataan formal yang merupakan bukti pengakuan seseorang kepada sesuatu yang dianutnya.
Agama juga merupakan wilayah moral. Ada pendapat yang mengatakan bahwa wilayah moral merupakan wilayah privacy yang bukan lagi merupakan masalah Pancasila. Sebab di sini Pancasila tidak mengajarkan mengenai konsep Tuhan yang pasti sebagai identitas personal suatu kebudayaan, melainkan sebuah konsep abstrak umum universal yang diharapkan diterima sebagai kenyataan untuk mewadahi pluralitas. Persoalannya terjadi sekularisasi dari ide Pancasila itu sendiri.

Atas jalan pemikiran Notonagoro, dapat dikatakan bahwa Pancasila adalah inti-inti kesamaan yang terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan agama-agama bangsa Indonesia, yang menurut kenyataannya begitu beraneka warna. Tentu masih ada hal-hal yang merupakan kesamaan, akan tetapi semuanya dapat dikembalikan kepada inti-inti yang menjadi sila-sila dari Pancasila, yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Memang di dalam hidup manusia ada tiga macam jenis persoalan hidup yang pokok, yaitu hubungan dengan diri-sendiri, sesama manusia, serta terhadap asal mula segala sesuatu, yaitu Tuhan. Tiga soal hidup pokok ini yang terhadap diri sendiri, termasuk hubungannya dengan benda, tersimpul dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terhadap sesama manusia, yang mengenai benda pula terutama dalam lingkungan kenegaraan tercantum dalam sila-sila persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial, serta terhadap asal mula segala sesuatu ialah terkandung dalam sila ketuhanan yang Maha Esa. Soal-soal hidup yang pokok ini bersifat universal, berlaku untuk semua orang, lebih-lebih semua orang Indonesia sama, bahkan buat seluruh umat manusia sama, akan tetapi lain perwujudan dalam jawaban atas soal-soalnya, dan lain pula dalam hal pelaksanaan atau penjelmaan dari jawaban dan penyelesaian persoalannya.
Dalam pandangan Hasan Muhammad Tiro terhadap apa yang diutarakan Soekarno, (1999: 34-35) bahwa falsafah atau ideologi negara tidak berdasarkan pada falsafah atau ideologi rakyat. Hal ini disebabkan karena pembuangan islam yang hidup dan berakar dalam masyarakat Indonesia. Selanjutnya Tiro (1999: 80-81) sebagai salah satu bentuk kekecewaan terhadap pemerintahan Soekarno, mengatakan sinismenya bahwa Pancasila tidak berhak dinamakan falsafah, karena tidak memberikan jawaban yang jelas dan tuntas atas satu persoalanpun, juga bukan ideologi karena tidak berisi cita-cita atau keyakinan yang pasti. Kekecewaan terhadap pemerintahan Soekarno karena merasa nasionalisme Indonesia hanyalah nasionalisme golongan terbesar yang mempertopengkan Nasion untuk membenarkan dan mengesahkan kekuasaannya.
Kritik Tiro itu penting untuk menjadi bahan pertimbangan ketidakproporsionalan pemahaman terhadap ideologi, karena pada awalnya Tiro yang lahir di Pidie 1923 pernah menjadi Ketua Barisan Pemuda Indonesia dan mengibarkan merah putih sebagai pendukung setia Republik Indonesia tahun 1945.
Selengkapnya...

MANAJEMEN KREDIT SYARIAH BANK MUAMALAT

Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Dalam situasi seperti ini Bank Umum (konvensional) akan menghadapi persaingan baru dengan kehadiran lembaga keuangan ataupun bank non-konvensional. Fenomena ini ditandai dengan pertumbuhan lembaga keuangan dan bank muamalat dengan sistem syariah. Suatu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank muamalat dengan bank umum adalah terletak pada pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun para investor.


Jika dilihat kenyataan di masyarakat, masih banyak terjadi kesimpang siuran mengenai pemahaman tentang pengertian Lembaga Keuangan dengan Bank Muamalat, walaupun sesungguhnya banyak persamaan diantara kedua jenis lembaga tersebut. Hal ini diperkuat dengan Peratutan Pemerintah No. 70 Tahun 1992, tentang perubahan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) menjadi Bank Umum. Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, menurut UU No. 7 Tahun 1992, dapat juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Di Indonesia, keberadaan Bank Muamalat sudah ada sejak pertengahan tahun 1992, tepatnya setelah disyahkannya UU No. 7 Tahun 1992 sebagai dasar hukum, yang kemudian dirubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998. Pada dasarnya Lembaga Keuangan Syariah atau Bank Muamalat merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan, untuk memobilisasi dana masyarakat dan memberikan pelayanan jasa perbankan lainnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Al Hadist. Suatu hal yang membedakan antara Bank Islam dengan Bank Konvensional adalah penerapan sistem bagi hasil yang menggantikan sistem bunga. Sistem ini merupakan terobosan terbaru dalam dunia perbankan, bagi mereka yang tidak menginginkan adanya unsur riba pada bunga. Disisi lain, kombinasi antara manajemen Bank Umum dengan Sistem Keuangan Syariah, dapat diterapkan sebagai sarana untuk menyeimbangkan antara dua kepentingan (lenders dan borrowers).
Silahkan download artikel lengkapnya disini
Selengkapnya...

MENGENTASKAN KEMISKINAN DENGAN KEMBALI KE JATI DIRI BANGSA

Mungkin para founding fathers negeri ini akan terganggu dalam istirahat panjangnya menyaksikan realitas kehidupan bangsa yang menyedihkan sebagaimana terjadi pada saat ini.Dahulu mereka mencita-citakan didirikannya negara Republik Indonesia ini dapat melindungi segenap bangsa, menjamin kehidupan, pendidikan dan kesehatan bagi seluruh warga negara sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945.


Namun sampai kemerdekaan Republik Indonesia hampir berumur 63 tahun saat ini cita-cita itu belum terwujud dan masih jauh dari harapan.
Di sini kita tidak akan mempermasalahkan data tentang jumlah keluarga miskin atau pra sejahtera yang menurut berbagai lembaga berbeda-beda menurut versi dan kepentingan masing-masing, tetapi adanya berita tentang banyak terjadinya kasus balita bergizi buruk di beberapa daerah bahkan telah memakan korban jiwa seperti yang terjadi di Makassar, banyaknya anak yang putus sekolah karena orang tua mereka kesulitan untuk membayar biaya pendidikan, itu semua merupakan cermin kegagalan dari penyelenggara negara dalam memberikan perlindungan kepada segenap warga negaranya, seperti yang pernah dicita-citakan oleh para founding fathers.
Entah siapa yang salah tapi yang jelas sebenarnya bangsa ini pastinya tidak berjalan dari nol, dalam arti tidak punya potensi sama sekali. Negeri ini terkenal dengan gemah ripah loh jinawi, banyak sumber daya alam, baik yang di darat maupun di lautan. Seolah semua fasilitas telah tersedia yang semua itu sangat mendukung negeri ini menjadi negara super power yang disegani di dunia internasional. Tapi semua fasilitas dari alam itu ternyata belum cukup untuk menjadikan negeri ini menjadi negara besar bahkan untuk mencukupi kebutuhan warganya sendiri pun belum bisa. Ironis memang, tapi itulah kenyataan yang terjadi yang membikin kita semua menjadi sangat prihatin.
Berbicara tentang kemiskinan kita harus melihat akar permasalahan yang ada sehingga secara komprehensif dan bertahap dapat menyelesaikan secara riil di lapangan tidak hanya di atas kertas. Kemiskinan memang erat kaitannya dengan masalah pendidikan yang rendah, sumber daya alam yang minim, ketersediaan lapangan kerja, dan latar belakang sosial yang tidak mendukung, tetapi satu hal yang mungkin terlupakan dari sekian banyak faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di negeri ini yaitu lunturnya nilai-nilai kebersamaan, kesetiakawanan dan kegotongroyongan yang melanda penduduk negeri ini. Padahal ketiga aspek itu merupakan jati diri bangsa ini.
Marilah kita lihat di kota besar seperti Jakarta, ribuan mobil mewah yang berharga lebih dari satu milyar dapat terbeli oleh kalangan elit, orang yang bertamasya dan berbelanja ke luar negeri setiap tahun bertambah banyak bahkan Indonesia menjadi penyumbang wistawan terbanyak di negara tetangga Singapura. Lihat juga di perumahan-perumahan mewah, hotel berbintang, restoran-restoran besar banyak nasi raja lele yang terbuang ke tempat sampah, tapi di daerah Serang banyak keluarga harus makan nasi aking yang sebenarnya hanya pantas menjadi makanan itik dikarenakan keterbatasan ekonomi.
Banyak keluarga yang tidak dapat mengakses kesehatan dan pendidikan karena ketidakberdayaan mereka dalam mencukupi kebutuhan hidup yang harganya semakin lama semakin mencekik leher. Dari segi aset negara mungkin kita tidak akan kalah dengan negeri jiran Singapura, maupun Malaysia tetapi dari segi kesejahteraan warga negaranya kita kalah jauh, lihat saja di perbatasan kedua negara di Kalimantan, kesejahteraan antara warga negara Indonesia dibanding warga negara Malaysia seperti bumi dan langit.
Kesejahteraan negeri ini memang hanya dirasakan oleh sebagian rakyat saja, dan tidak untuk banyak bagian yang lain. Padahal kalau kita tengok sejarah ke belakang sebagian besar bahkan hampir semua warga negeri ini bahu membahu untuk mencapai kemerdekaan negeri ini dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Tapi begitu merdeka seolah semua kebersamaan, kesetiakawanan dan kegotongroyongan yang pernah ada sirna, sehingga yang ada sekarang, hal itu hanya merupakan nostalgia yang sulit untuk berulang, tidak lagi tumbuh rasa saling berbagi di sanubari warga negeri ini bahkan muncul istilah yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.
Sebagai pemimpin dan calon pemimpin bangsa sudah sepantasnyalah kita mulai berfikir untuk mengentaskan kemiskinan yang terjadi di sekitar kita, karena tidak adil seandainya kemerdekaan ini hanya dinikmati oleh sebagian rakyat sedang sebagian yang lain masih belum merdeka baik secara ekonomi, pendidikan, kesehatan dan tidak mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana warga dari negara yang merdeka. Dengan begitu Tri Sakti Merdeka dari Bung Karno bukan hanya merupakan utopia belaka tapi dapat kita wujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Walaupun memang penyediaan infrastruktur, lapangan kerja, akses pendidikan dan kesehatan yang terjangkau adalah penting tapi mengembalikan roh kebersamaan, kesetiakawanan dan kegotongroyongan yang merupakan jati diri bangsa juga tidak kalah penting untuk pengentasan kemiskinan yang melanda negeri tercinta ini. Sehingga nantinya akan terwujud sebuah slogan bersama kita merdeka, bersama kita sejahtera, dan bersama kita menikmati kesejahteraan di alam merdeka.
Selengkapnya...